ORIENTASI NILAI BUDAYA
Nilai budaya
merupakan tingkat tertinggi dan abstrak dari adat-istiadat serta memberikan
ciri dan karakter bangsa, suku bangsa, bahkan kelompok-kelompok masyarakat.
Dengan demikian, ada perbedaan nilai dan sistem budaya dalam setiap kebudayaan.
Nilai budaya tersebut meresapi hidup anggota masyarakat sejak dini, sehingga
mengakar di dalam jiwa. Karenanya, nilai budaya yang terdapat dalam suatu
kebudayaan tidak dapat diganti begitu saja dalam waktu singkat dengan nilai
budaya lain, walaupun dengan dalih rasionalitas12 mengingat nilai budaya
termasuk nilai yang tertinggi di dalam masyarakat, bentuknya abstrak serta
sifatnya umum, maka nilai itu tidak dapat dioperasikan secara mudah.
Nilai-nilai budaya masih harus dijabarkan dalam bentuk norma yang sifatnya
operasional. Norma ialah aturan-aturan tingkah laku yang dirumuskan secara
jelas, terperinci, tegas dan tidak meragukan. Tingkah laku yang selalu berulang
dan terorganisir dinamakan kebiasaan.
1.
Hakikat kehidupan
Hidup ini bukan
tentang mengumpulkan nilai. Namun, hidup ini adalah tentang siapa yang kau
cintai dan siapa yang kau sakiti. Tentang bagaimana perasaanmu tentang dirimu
sendiri. Tentang kepercayaan, kebahagiaan, dan welas asih. Hidup adalah tentang
menghindari rasa cemburu, mengatasi rasa tidak peduli, dan membina kepercayaan.
Tentang apa yang kau katakan dan yang kau maksudkan. Tentang menghargai orang
apa adanya dan bukan karena apa yang dimilikinya. Dan yang terpenting, hidup
ini adalah tentang memilih untuk menggunakan hidupmu untuk menyentuh hidup
orang lain dengan cara yang tak bisa digantikan dengan cara yang lain. Hidup
adalah tentang pilihan-pilihan itu. Jadi hakikat hidup bisa diuraikan seperti
berikut :
Makhluk yang
memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung
jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial. yang mampu mengarahkan dirinya
ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu
menentukan nasibnya. Makhluk yang dalam proses berkembang dan terus berkembang
tidak pernah selesai selama hidupnya. Individu yang dalam hidupnya selalu
melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang
lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati. Suatu keberadaan yang berpotensi
yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas.
Makhluk Tuhan yang
berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat. Individu
yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan terutama lingkungan sosial, bahkan ia
tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di
dalam lingkungan sosial. Kita hidup di dunia adalah untuk semakin belajar
membuka hati dan mengikuti kasih Tuhan. Dengan belajar kita membuka hati dan
mengikuti Kasih Tuhan dalam kondisi apapun, Karena Kasih Tuhan selalu tersedia
setiap saat secara berkelimpahan untuk kita semua, maka seharusnya sebagai
wujud syukur yang benar, kita harus menerimanya setiap saat pula. Bekerja
dengan penuh rasa ssyuku, makan dan minum dengan penuh rasa syukur. Karena
hidup adalah waktu yang diberikan Tuhan buat berkarya memelihara apa yang ada
di dunia, mengembalikan kemuliaan Tuhan . Semua aspek kehidupan akan menjadi
indah bila kita bisa mensyukuri segala hal yang diberikan oleh Tuhan.
2. Manusia Pasti Menghasilkan Karya
Pada hakekatnya semua manusia bisa
menghasilkan suatu karya tergantung dari kemauan atau niat dari orang tersebut,
jika ia ingin menciptakan suatu karya yang bagus maka ia harus bekerja
keras dan sungguh-sungguh dalam menciptakan suatu karya yang bagus, sebaliknya
jika ia bermalas – malasan maka ia tidak akan bisa menciptakan suatu karya yang
bagus. Sebagai contoh seseorang membuat lukisan yang sangat-sangat indah untuk
dilihat dan melalui karyanya itu ia dikenal oleh banyak orang dan apa yang akan
ia ciptakan selanjutnya pasti akan ditunggu oleh banyak orang, semua hal
tersebut tidak lepas dari usaha dan kesungguhan dalam diri orang tersebut.
Kesimpulannya tidak ada hal yang mustahil di hidup ini karena jika kita bersungguh-sungguh
maka kita akan mendapatkan hasil yang kita inginkan dan sebaliknya jika kita
bermalas-malasan maka kita akan mendapat suatu kegagalan.
3.
Orientasi
manusia terhadap waktu
Ada budaya yang
memandang penting masa lampau, tetapi ada yang melihat masa kini sebagai focus
usaha dalam perjuangannya. Sebaliknya ada yang jauh melihat kedepan. Pandangan
yang berbeda dalam dimensi waktu ini sangat mempengaruhi perencanaan hidup
masyarakatnya.
4.
Pandangan
Terhadap Alam
Semakin kritisnya
kondisi lingkungan hidup menimbulkan keprihatinan bagi banyak pihak, tak hanya
para ilmuwan dan pemerhati lingkungan saja, para filsuf dan agamawan pun ikut
memikirkannya. Pembahasan mengerucut pada akar masalah kerusakan lingkungan
yaitu manusia.
Usaha manusia untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan di satu sisi membawa manusia pada suatu era yang
disebut modern, hidup manusia makin hari kian mudah, potensi yang ada di alam
dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Di sisi yang lain,
kemampuan manusia mengolah alam menempatkan dirinya sebagai pusat alam.
Pandangan manusia terhadap alam berubah. Sebelum manusia mengenal ilmu
pengetahuan modern, manusia menganggap bahwa alam mempunyai kekuatan, namun
setelah manusia mengenal ilmu pengetahuan modern manusia mulai menampakkan
sifat egoisnya. Mereka mengaku sebagai penguasa alam, segala sesuatu yang ada
di dunia ini adalah miliknya dan digunakan untuk menunjang hidupnya, sayangnya
yang muncul setelahnya bukannya bijak memanfaatkan kekayaan alam tetapi yang
ada malah keserakahan manusia mengambil apa yang ada di alam secara berlebihan
tanpa berfikir apa akibat yang akan muncul kemudian. Untuk itu kita sebagai
manusia harus mulai berfikir untuk menjaga dan melestarikan alam dan lingkungan
yang kita tinggal ini agar tidak terjadi suatu hal yang tidak diinginkan.
5. Hubungan manusia dengan manusia
Pada hakikatnya manusia memiliki
hubungan yang perlu dijalankan, yaitu hubungan sacara vertikal dan horizontal.
Hubungan secara vertikal merupakan hubungan manusia kepada Tuhan. Hubungan
vertikal ini sangat pribadi, individual, dan spiritual. Hanya manusia dan Tuhan
yang tahu seberapa kedekatan itu. Hubungan horizontal dapat diartikan sebagai
hubungan yang sangat luas, hubungan yang hanya berlangsung di dunia, salah
satunya adalah hubungan sesama manusia. Hubungan yang menunjukkan bahwa manusia
itu adalah mahkluk sosial yang tak bisa lepas dari bantuan manusia lainnya.
Tekadang, hubungan sesama manusia itu memiliki hambatan. Hambatan itu
dapat sangat sulit maupun sangat mudah untuk diselesaikan. Penyelasaiannya
tergantung pada pribadi manusia itu sendiri, apakah ia mudah atau sulitkah
dalam menyelesaikannya. Hubungan kedekatan manusia memiliki berbagai tingkatan,
mulai dari yang paling dekat yaitu keluarga, sahabat, teman, sebatas tahu, dan
yang paling jauh adalah tidak kenal sama sekali. Keluarga, sahabat, dan teman
merupakan kelompok yang pasti ada hubungan, minimal hubungan komunikasi
sedangkan kelompok sebatas tahu dan tidak kenal sama sekali merupakan kelompok
yang minimal tidak ada hubungan sama sekali.
Sangat terlihat jelas dari pembagian kelompok di atas bahwa kelompok
yang pertamalah yang dapat menyebabkan suatu permasalah karena batas minimalnya
adanya hubungan komunikasi. Dari komunikasi inilah yang dapat menyebabkan
konflik suatu hubungan. Konflik sendiri dapat menjadi perekat suatu hubungan juga
dapat menjadi boomerang yang dapat memperjauh kedekatan suatu hubungan dan
memasukkan kelompok yang kedua. Lalu bagaimanakah meminimalisir konflik yang
mengarah ke hal negatif? Tentu perlu ada hal yang dapat menahan agar suatu
hubungan tidak menjadi semakin menjauh.
Setiap orang memiliki perangai yang berbeda-beda. Dan setiap orang lain
berhak memberikan penilaian terhadap seseorang. Pergaulan kita berpengaruh
terhadap penilaian kita terhadap orang tersebut. Namun yang perlu diperhatikan
bahwa penilaian itu hanya berlaku untuk diri kita dan orang yang dituju. Jangan
pernah memengaruhi pihak ketiga atas penilaian kita dan jangan mudah
terpengaruh atas penilaian pihak ketiga tentang orang lain. Itu semua dapat
mengakibatkan pikiran negative yang tentu menjerumuskan kita terhadap perbuatan
tercela. Alangkah lebih baiknya jika kita lebih berhati-hati dalam bersikap,
ketahuilah orang lain dengan cara perlahan karena ada orang yang sekalinya
diberi umpan malah menunjukkan reaksi yang kuat.
Jangan terlalu cepat menganggap orang dekat dengan kita. Terlalu cepat
melakukan hal tersebut akan cepat pula mengakibatkan keretakan yang terjadi.
Proses mengangkatan kasta perlu cukup panjang agar hasilnya kita mendapatkan
orang dekat yang benar-benar dekat bukan dekat sesaat.
Hidup itu memang tidak semudah yang dibayangkan, masalah memang selalu
terjadi kapan saja tanpa kita duga. Alangkah lebih baiknya kita mulai
berhati-hati dari sekarang. Coba lakukan hanya hubungan yang menyenangkan saja
untuk manusia lain. Jangan coba menuangkan masalah kita kepada orang lain tanpa
mengenal pribadi orang tersebut.
Sumber:
amirstainkendari.blogspot.co.id/2011/07/makalah-hakekat-dan-tujuan-hidup.html?m=1
https://www.google.co.id/amp/s/a2c5.wordpress.com/2010/07/28/pandangan-manusia-terhadap-alam/amp/
divateguh.blogspot.com/2012/04/hubungan-manusia-dengan-manusia.html?m=1